-->

Tips Kesehatan

MENGAPA TINGKAT ENTERPRENEUR RENDAH

MENGAPA TINGKAT ENTREPRENEURSHIP KITA RENDAH ?


Untuk bisa memiliki negara dengan ekonomi yang bagus, dibutuhkan 2% penduduknya entrepreneur. Amerika Serikat mempunyai 11% entrepreneur, Singapura 7%, Malaysia 5% dan Indonesia hanya 0,18%. Ciputra mencanangkan program pendidikan entrepreneur dengan target tahun 2025 memiliki ratio entrepreneur 2%.

Pertanyaannya, mengapa kita memiliki ratio yang rendah bahkan dibanding negara tetangga yang sama sama rumpun melayu ? Jawabannya adalah nasib kita karena dijajah Belanda, bukan Inggris. Kemudian ditambah dengan beberapa kesalahan kebijakan pemerintahan menambah runyam masalah ini.

Di jaman Belanda, masyarakat Hindia Belanda dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu kulit putih, timur asing dan inlander atau pribumi. Masyarakat kulit putih secara sosial ekonomi berada di kasta tertinggi. mereka memegang sumber sumber uang seperti industri dan keuangan. Sedang timur asing seperti cina, jepang, arab dan turki mendapat tugas sebagai pedagang perantara. Kecuali beberapa tionghwa yang sudah disejajarkan dengan kulit putih seperti Oei Tiong Hwam, bisa memiliki industri. 

Pribumi dibagi dua yaitu priyayi (pejabat) dan tani tukang. Keduanya memegang sektor yang tidak menghasilkan uang banyak. Priyayi kearah pelayanan dan kekuasaan, gengsinya tinggi. pribumi dan timur asing yang akhirnya di dominasi cina dibuat untuk saling merendahkan. Pihak priyayi menganggap orang cina hanya memikirkan uang saja karena memang pekerjaannya dagang. Sedang orang cina menganggap priyayi itu malas dan kerjaannya memeras orang. 

Sampai saat ini, cita cita utama kaum pribumi adalah menjadi pejabat. Mereka nyaris tidak peduli dengan penghasilannya, yang penting memiliki kedudukan, berseragam dan bekerja di balik meja. Karena itu tes masuk penjadi pegawai negeri di Indonesia dan Suriname (eks jajahan Belanda), bisa sampai menyewa stadion saking banyaknya peminat. Menjadi pengusaha disini dianggap sebagai kecelakaan, dan mereka bekerja keras sebagai pengusaha dengan harapan anaknya bisa mendapat kedudukan sebagai pejabat. Mereka tidak melatih anaknya menjadi pengusaha handal karena mereka sendiri sebenarnya inginnya menjadi pejabat. Ketika ada kesempatan saat reformasi, mereka yang sukses sebagai pengusaha juga berbondong bondong menjadi pejabat, mulai menjadi anggota legislatif sampai kepala daerah.

Orang cina dan pribumi terus menerus diadu oleh Belanda. Tempat tinggal dipisahkan, dan keduanya dibuat unruk berpikir tidak mungkin bisa menyamai  orang kulit putih. Hal ini nampak ketika penjajah pergi. Sementara di Malaysia, India yang merupakan jajahan Inggris, begitu penjajah pergi, kaum pribuminya langsung mengambil alih sektor industri dan keuangan. Di Indonesia, baik pribumi maupun orang cina yang sudah ratusan tahun disini tidak berani mengambil alih. Akhirnya orang orang cina yang  lahir di luar Indonesia yang mengambil alih di awal awal kemerdekaan. Pribuminya asyik menjadi pegawai dan politikus. 

Jaman orba semakin memperparah minat pribumi menjadi entrepreneur, dengan  membatasi orang orang cina ke akses pemerintahan. Akibatnya mereka fokus ke sektor ekonomi, dan kaum pribumi semakin tersisihkan dari sektor ekonomi. Tentu ini bukan salah orang cina, tetapi akibat kebijakan pemerintah  yang mengisolasi mereka di bidang ekonomi membuat mereka fokus kesana.

Di BTD ini kesempatan kita untuk meraih kejayaan di bidang ekonomi dengan terlebih dahulu kita belajar sistem kepada perusahaan yang sudah terbukti memiliki sistem yang baik. Mengapa demikian ? karena sampai saat ini belum ada satupun. Saya ulangi belum ada satupun perusahaan networking dalam negeri yang memiliki sistem kuat dan bisa membuat anggotanya bisa bebas finansial dan bebas waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang Spam Dan Berkomentarlah Dengan Sopan

Back To Top